Pengaruh Emosi Terhadap Penyesuaian
Pribadi dan Sosial AUD
Hurlocka, 1978:211 menyebutkan bahwa emosi
mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Pengaruh tersebut antara lain
tampak dari peranan emosi sebagai berikut:
- Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk emosi adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan ataupun kecemasan. Luapan ini menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak yang cukup bervariasi untuk memperluas wawasannya.
- Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh, terutama emosi yang muncul sangat kuat, sebagai contoh kemarahan yang cukup besar. Hal ini memunculkan aktivitas persiapan bagi tubuh untuk bertindak, yaitu hal-hal yang akan dilakukan ketika tibul amarah. Apabila persiapan ini ternyata tidak berguna, akan dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman, atau amarah yang justru terpendam dalam diri anak.
- Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik. Emosi yang memuncak mengganggu kemampuan motorik anak. Anak yang terlalu tegang akan memiliki gerakan yang kurang terarah, dan apabila ini berlangsung lama dapat mengganggu keterampilan motorik anak.
- Emosi merupakan bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal).
- Emosi mengganggu aktivitas mental. Kegiatan mental, seperti berpikir, berkonsentrasi, belajar, sangat dipengaruhi oleh kestabilan emosi. Oleh karena itu, pada anak-anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan emosi dapat mengganggu aktivitas mentalnya.
- Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Pengelolaan emosi oleh anak sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa terhadap anak, dan ini menjadi dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri.
- Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Peran-peran anak dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri, rasa aman, atau rasa takut.
- Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Kematangan emosi anak mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungannya. Di lain pihak, emosi juga mengajarkan kepada anak cara berperilaku sehingga sesuai dengan ukuran dan tuntutan lingkungan sosial.
- Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah. Perubahan emosi anak biasanya ditampilkan pada ekspresi wajahnya, misalnya tersenyum, murung atau cemberut. Ekspresi wajah ini akan mempengaruhi penerimaan sosial terhadap anak.
- Emosi mempengaruhi suasana psikologis. Emosi mempengaruhi perilaku anak yang ditunjukkan kepada lingkungan (covert behavior). Perilaku ini mendorong lingkungan untuk memberikan umpan balik. Apabila anak menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, dia akan menerima respon yang kurang menyenangkan pula, sehingga anak akan merasa tidak dicintai atau diabaikan.
- Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Setiap ekspresi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, dan pada suatu titik tertentu akan sangat sulit diubah. Dengan demikian, anak perlu dibiasakan dengan mengulang-ulang perilaku yang bersifat positif, sehingga akan menjadi kebiasaan yang positif pula.
Kondisi yang mempengaruhi perkembangan
emosi AUD
Hurlock
(1993), dalam mengungkapkan begbagai kondisi yang mempengaruhi perkembangan
sosial emosional anak menyebutkan 3 kondisi utama yaitu:
·
Kondisi Fisik
Apabila kondisi keseimbangan
tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk atau perubahan yang
berasal dari perkembangan maka merreka akan mengalami emosi yang meninggi.
Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan
yang buruk
Disebabkan oleh gizi
yang buruk, gangguan pencernaan atau penyakit. Kondisi kesehatan yang buruk
pada seseorang akan membuat dirinya menjadi terbatas disbanding dengan orang
yang sehat, apalagi jika kondisi tersebut berlangsung lama. Dengan kondisi
seperti orang tersebut, maka ia tidak bisa melakukan aktivitas secara penuh
maka ia menjadi tertekan dan akibatnya mudah marah terhadap orang lain.
b. Kondisi
yang merangsang
Seperti kaligata atau
eksim. Penyakit kulit, termasuk rasa gatal, apalagi joika terdapat pada bagian-bagian
yang terbuka akan menyebabkan sipenderita menutup diri dan mungkin menjadi
minder. Contohnya saja anak yang terkena penyakit gatal-gatal pada bagian
tangan atau muka, ia akan merasa malu atau marah jika ditertawakan temannya.
c. Setiap
gangguan kronis
Seperti asma atau
penyakit kencing manis. Disini anak merasa tertekan jika penyakit nya kambuh
secara tiba-tiba yang membuat ia menangis sebagai luapan emosinya.
d. Perubahan
kelenjar
Terutama pada masa
puber, gangguan kelenjer juga disebabkan oleh stress emosi
yang kronis, misalnya
pada kecemasan yang berlebihan
·
Kondisi Psikologi
Kondisi psikologi dapat
mempengaruhi emosi, antara lain tingkat intelegensi, tingkat aspirasi dan
kecemasan.
ü Perlengkapan
intelektual yang buruk. Anak tang tingkat intelektualnya rendah, rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang
dibandingkan dengan anak yang pandai
dengan tingkat umur yang sama.
ü Kegagalan
mencapai tingkat aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat
mengakibatkantimbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
ü Kecemasan
setelah pengalaman emosi tertentu yang sangat luas. Sebagai contoh akibat
lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap
situasi yang dirasakan mengancam.
·
Kondisi Lingkungan
Ketegangan yang
terus-menerus atau terlalu banyak pengalaman yang menggelisahkan yang
merangsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak.
o
Ketegangan yang disebabkan oleh
pertengkaran dan perselisihan yang terus-menerus. Pertengkaran atau
perselisihan dalam konteks interaksi
sosial secara terus-menerus akan mengakibatkan timbulnya emosi dan akibatnya merusak
hubunga sosial sehingga anak bias melukai jika kekesalannya sudah amat kuat.
o
Ketegangan yang berlebihan serta
disiplin yang otoriter. Disiplin yang dipaksakan akan berdampak buruk bagi anak
dan bisa anak memberontak jika kita tidak memberikan penjelasan pada anak.
o
Sikap orang tua yang selalu mencemaskan
atau terlalu melindungi. Melindungi yang terlampau (over protective) akan
mengkibatkan penolakan dari orang yang disayanginya, seolah-olah rasa saying
dibalas dengan benci.
o
Susana otoriter di sekolah. Guru yang terlalu
menuntut atau perkejaan sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuan anak akan
menimbulkan kemarahan sehingga anak pulang kerumah dalam keadaan kesal.
Metoda
Belajar Yang Menunjang Perkembangan Emosi AUD
Untuk membantu proses perkembangan emosi anak usia
dini, seorang guru dapat melakukan beberapa metode pembalajaran berikut:
1. Bernyanyi
dan Bermain Musik
Musik memberikan dampak nyata pada perkembangan
emosional manusia. Oleh karena itu, bermain music bagi anak sangat penting dan
memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam pengembangan emosinya. Mahmud (1995)
mengatakan bahwa musik dapat menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan, rasa
kebangsaan, rasa keagamaan, rasa kagum, rasa gembira, dan sebagainya. Manfaat
musik yang lain antaranya mendorong gerak piker dan rasa, nmembangkitkan
kekuatan dalam jiwa dan watak. Musik menanamkan dalam jiwa manusia perasaan
yang halus atau budi yang halus.
2. Bermain
peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak
dengan cara memarankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang
disekitar anak. Melalui permainan ini daya imajinasi, kreativitas, empati serta
penghayatan anak dapat berkembang. Anak-anak dapat menjadi apapun yang
diinginkannya dan ia juga dapat melakukan manipulasi terhadap objek, seperti
yang diharapkan. Jika ia mengagumi ibunya, ia akan memerankan tokoh ibunya,
seperti yang biasa ia lihat. Dalam memahami drama anak-anak Harley (2000)
mendefinisikan bermain peran adalah bentuk permainan bebas dari anak-anak yang
masih mudah adalah salah satu cara bagi mereka untuk menulurusi dunianya,
dengan memerankan tindakan dan karakter dari orang-orang yang berada
disekitarnya.
3. Permainan
Hand puppet
Hand puppet atau permainan dengan menggunakan boneka
tangan, merupakan satu permainan yang digemari anak-anak usia TK. Melalui
permainan ini anak belajar berkomunikasi, berimajinasi, mengekspresikan
perasaannya dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Adanya manfaat yang cukup
besar dalam mengekspresikan emosi, sebagian terapis telah menggunakan permainan
hand puppet ini untuk teratur.
4. Latihan
relaksasi dan meditasi dengan musik
Rachmawati
(1998) mengatakan bahwa proses relaksasi yang dilakukan pada anak cukup
efektif untuk latihan pengenalan emosi diri mereka sendiri atau terbentuknya
keterampilan emotional awareness. Selain itu aktivitas meditative dengan music
dapat membantu proses kataris dimana individu mengeluarkan emosi-emosi yang
ditekan, menciptakan ketenangan, dan meningkatkan aktivitas pembelajaran pada
anak.
5. Bercerita
Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang
menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya menjadi apa
pun yang dia inginkan. Dalam cerita, seorang dapat memperoleh nilai yang banyak
dan berarti bagi proses pembelajaran dan perkembangannya, termasuk di dalamnya
perkembangan emosi dan sosialnya.
6. Permainan
Gerak dan Lagu
Permainan gerak dan lagu merupakan aktivitas bermain
music sambil menari. Anak-anak sangat menyukaia permainan ini terutama jika
memodifikasi lagu-lagu yang diperdengarkan. Pertama, putar music klasik di awal
kegiatan, anak-anak diminta bergerak bebas mengikuti alunan musik. Tiba-tiba
musik kita matikan di tengah-tengah dan anak-anak pun berhenti bergerak dan
berpura-pura menjadi patung. Berikutnya, putar lagu yang kedua dari jenis music
dangdut , dan bergerak bebas sesuai irama dangdut, dan anak pun bergerak sesuia
dengan iramanya. Semakin beraneka macam irama music, kegiatan akan semakin
menyenangkan dan emosi anak semakin terekpresikan.
7. Permainan
Feeling Band
Menurut Newcomb (1994) permainan feeling band atau
band perasaan adalah permainan membunyikan instrument music sesuai dengan
ekspresi perasaan. Permainan ini sangat membantu anak untuk melakukan proses
katarsis,menyadari perasaanya sendiri dan bersenang-senang.
8. Demontrasi
Demontrasi adalah kegiatan member contoh atau
memperlihatkan secara langsung dalam melakukan suatu perbuatan atau perilaku.
Tujuan penerapan metode ini adalah untuk katarsis atau mengeluarkan emosi yang
ditekan, self awareness atau kesadaran terhadap diri sendiri serta pengenalan berbagai bentuk emosi.
9. Permainan
Personifikasi
Permainan personifikasi adalah permainan yang
dilakukan dengan cara meniru gerakan binatang atau tumbuhan seolah-olah mereka
hidup manusia. Dalam permainan ini anak dapat berpura-pura menjadi rintik hujan,menjadi
selembar daun yang terbang tertiup angin atau pohon yang tumbang. Permainan ini
membutuhkan perasaan yang halus dari anak. Sekalian itu empati dan perhatian
anak terhadap pola hidup makhluk lain juga dilatih. Melalui permainan ini
kepercayaan diri, keberanian, berekspresi, kreativitas, dan imajinasi anak ikut
terkembangkan.
Bahaya Perkembangan Emosi Masa AUD
Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan. Hal ini
menyangkut tentang perkembangan dan pengaruhnya dalam penyesuaian pribadi serta
sosial. Lalu bagaimana emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak?
Sebelumnya, tidak ada salahnya apabila Anda mengetahui pengaruh-pengaruh emosi
tehadap penyesuaian pribadi dan sosial anak agar Anda lebih paham. Pengaruhnya
antara lain yaitu emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman, emosi menyiapkan
tubuh untuk melakukan tindakan, ketegangan emosi juga dapat mengganggu
keterampilan motorik, dan aktifitas mental emosi merupakan suatu bentuk
komunikasi. Emosi juga dapat mempengaruhi interaksi sosial serta suasana
psikologis. Selain hal-hal tersebut, perlu juga diketahui faktor apa saja yang
mempengaruhi perkembangan emosi. Yaitu faktor pematangan (maturation)
dan faktor belajar. Dari kedua faktor tersebut, faktor belajar lebih penting
karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan.
Selanjutnya tentang pola-pola emosi secara umum. Perlu Anda
ketahui, beberapa bulan setelah bayi lahir, muncul berbagai macam pola emosi
yaitu rangsangan yang membangkitkan emosi serta reaksi yang khas. Reaksi itu
antara lain rasa takut, rasa marah, rasa cemburu, dukacita, keingintahuan,
kegembiraan dan kasih sayang. Emosi akan mempunyai kekuatan dominan dalam
kehidupan dan emosi yang dominan adalah dari semua emosi, salah satu atau
beberapa diantaranya, menimbulkan pengaruh yang terkuat terhadap perilaku
seseorang. Sementara itu emosi yang dominan mempengaruhi kepribadian anak, dan
kepribadian anak mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Emosi yang
dominan, akan menentukan temperamen atau suasana hati yang dirasakan anak. Oleh
karena itu keseimbangan emosi pada anak juga penting.
Anda juga sebaiknya mengetahui cara-cara untuk menangani hal
tersebut. Keseimbangan emosi dapat diperoleh melalui dua cara. Pertama adalah
pengendalian lingkungan dengan tujuan agar emosi yang tidak menyenangkan
cepat-cepat diimbangi dengan emosi yang menyenangkan yang lebih banyak sehingga
timbangan akan condong ke arah emosi yang menyenangkan. Cara kedua yaitu dengan
membantu anak mengembangkan toleransi terhadap emosi yaitu kemampuan untuk
menghambat pengaruh emosi yang tidak menyenangkan. Kemudian hal yang harus
dilakukan ialah mengendalikan emosi. Hal ini sangat penting, supaya anak-anak
dapat berkembang secara normal. Dan dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian
pada aspek mental dari emosi sebanyak perhatian pada aspek fisik, juga dapat
diatasi dengan belajar bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan
emosi, serta anak-anak harus belajar pula bagaimana cara mengatasi reaksi yang
biasanya menyertai emosi tersebut.
Hal terakhir yaitu bahaya dalam perkembangan emosi. Anda
perlu mengetahui juga hal-hal yang paling umum tentang bahaya yang mungkin
timbul bagi perkembangan emosi. Antara lain yaitu keterlantaran emosional yang
ada hubungannya dengan keterlantaran kasih sayang, terlalu banyak kasih sayang,
dominasi emosi yang tidak menyenangkan, emosionalitas yang meninggi, kegagalan
belajar mengendalikan emosi, kegagalan belajar toleransi emosi serta adanya
penghalang katarsis emosi. Hal-hal inilah yang merupakan bahaya dalam
perkembangan emosi. Karena pengendalian lingkungan semakin sulit dengan
meningkatnya usia anak, maka anak yang lebih tua diharapkan harus belajar
toleransi emosi, yaitu belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan, agar keseimbangan emosi dapat dicapai.
cantik artikelnya
BalasHapus