Sabtu, 15 Desember 2012

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI





A.     Pengertian Sains
Dari sudut bahasa, sains atau science (bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata scientia artinya pengetahuan. Para ahli memandang batasan etimologis tentang sains yaitu dari bahasa Jerman, hal itu merujuk pada kata Wissenschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.
Beberapa ahli yang mengemukakan sejumlah pengertian dan batasan sains yaitu:
1.      Amien (1987), mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural sciences) seperti fisika, kimia dan biologi.
2.      James Conant (Holton dan Roller: 1958), sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diujicobakan lebih lanjut.
3.      Conant (Abu Ahmadi, 1991), sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya).
4.      Fisher (1975), sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh penelitian.
Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains berdasarkan dimensi pengkajiannya.
1.      Sumaji (1988), bahwa secara sempit sains adalah ilmu pengetahuan alam (IPA) terdiri atas physcal science (ilmu astronomi, kimia, geogologi, menerologi, fisika) dan life science (biologi, zoologi, dan fisiologi)

2.      Ernest Hagel (Indrawati, 1995), memandang sains dari 3 aspek:
-         Aspek tujuan sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kesejahtaraan manusia.
-         Sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
-         Sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapat atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian dan untuk mendapat hukum-hukum atau teori-teori dari obyek yang diamati.
Beberapa gambaran tentang batasan dari sains:
-         Sebagai sautu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan
Gambaran sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan faktor-faktor alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium. Sains dipandang sebagai suatu disiplin (keilmuan) yang ketat berdasarkan pada kegiatan, pengamatan, hipotesis (dugaan).
-         Sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Fakta adalah sesuatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa keadaan,  suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima.
-         Sains sebagai sautu sikap atau dikenal dengan sikap keilmuwan, yaitu berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya. Ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Di antara sikap itu adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur dan terbuka terhadap pendapat orang lain.




1.      Siapakah Ilmuwan Itu
Ilmuwan merupakan padanan kata dari scientist yang diambil dari istilah bahasa Inggris.
Abruscato (1982), mencoba memberikan ilustrasi dan batasan, bahwa sainstis secara sederhana adalah penyelidik lingkungan, hampir sama dengan pekerjaan lainnya, hanya perbedaannya pada teknik yang digunakan saja. Saintis menurutnya sama saja dengan sastrawan atau pelukis, dalam menghasilkan karya atau mencapai tujuan. Seniman harus mengeksplorasi karakter setiap warna. Jika ingin mendapat kesatuan dan ekspresi lukisan yang baik dan harmonis. Begitupun sainstis, ia harus menyelidiki dan menelusuri semua kemungkinan dari obyek yang ditelitinya jika ingindapat mengungkapkan substansi dari pekerjaannya, sehingga diperoleh kesimpulan dari temuannya itu secara teliti, obyektif dan dapat dipercaya.
Jadi, siapapun orangnya jika ia dapat melihat, mengobservasi dan meneliti sesuatu baik obyek maupun keadaan secara menyeluruh dengan menggunakan berbagai cara.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan sebagai sainstis dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:
a.       Dari cara kerja dalam menyingkap alam dan menyelesaikan permasalahan.
b.      Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya.
c.       Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapinya.
Sikap-sikap sebagai saintis diantaranya:
a.       Memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi
b.      Memiliki sikap tidak mudah putus asa
c.       Memiliki sikap keterbukaan untuk dikritik dan diuji
d.      Memiliki sikap menghargai dan menerima masukan
e.       Memiliki sikap jujur
f.        Memiliki sikap kritis
g.       Memiliki sikap kreatif
2.      Kita, Anak dan Sains
Batasan sains ditinjau dari sudut anak, diantaranya menurut Carson, 1965 (Holt, 1991) berdasarkan pengamatannya terhadap perilaku anak-anak ketika dengan berbagai obyek sains, maka ia menarik kesimpulan bahwa sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta memberi pengetahuan atau merangsangnya untuk mengetahui dan menyelidikinya.
Dengan batasan tersebut, sains oleh anak dapat ditemukan di semua tempat, baik dirumah, dihalaman, disekolah dan sebagainya. Contoh konkritnya yang lebih nyata, misalnya:
·        Anak menangkap capung, memasukannya ke sebuah topies, mengamatinya dan merasakannya, berikutnya timbul rasa kasihan (iba) sehingga tumbuh perasaan lebih baik dilepaskan.
·        Anak mengenakan jaket dimusim hujan (dingin) dan merasakannya menjadi hangat selama dan setelah mengenakannya.
Pengembangan pembelajaran sains bagi anak efektif dan optimal hendaknya melalyu cara-cara yang dapat menyatukan sains, kita dan anak dalam satu pusat atau kegiatan yang sinergis dan harmonis.
3.      Tujuan Pembelajaran Sains Bagi Anak
Pentingnya tujuan dalam pembelajaran sains memiliki setiap  bidang pengembangan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini, suatu tujuan yang dianggap terstandar dan memilih karakteristik yang ideal, apabila tujuan yang dirumuskan memilih tingkat ketepatan (validitas), kebermaknaan (meaning fulness), fungsional dan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.
Sains sebagai salah satu alat pengungkap keberadaan dan rahasia alam raya dan isinya atau sebagai salah satu sarana mencapai tujuan hidup manusia sangat penting untuk dipahami dan dikuasai.
Analisis
Sains merupakan dasar dari berbagai ilmu pengetahuan tentang alam raya dan isinya. Sains juga merupakan ilmu alamiah dari pengertian sains oleh beberapa ahli di atas bahwa ilmu sains secara formal yaitu menyelidiki, bereksperimen, mengamati dan melakukan percobaan-percobaan terhadap gejala alam. Jadi, para ilmuwanlah yang selalu melakukan uji coba atau eksperimen untuk menghasilkan jawaban dari suatu yang diujinya. Lain lagi pasalnya untuk anak usia dini, dimana sains bukan mencari suatu kebenaran tapi memberikan pengembangan kemampuan berfikir anak. Dan menanamkan kepada anak bahwa belajar sains itu adalah kegiatan yang menyenangkan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka. Dengan melakukan suatu eksperimen bersama anak, anak mengenal konsep sains tidak hanya sebatas teori tetapi sekaligus mengajak anak berpikir dengan mengutarakan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana sehingga anak mendapat jawabannya sendiri melalui kegiatan eksperimen yang mereka lakukan. Guru dan anak juga harus memiliki keakraban yang sangat dekat.

B.     Nilai Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Anak
1.      Nilai sains bagi pengembangan kemampuan kognitif anak
Abruscato (1982) menilai bahwa kegiatan sekolah yang seringkali dihabiskan untuk mengasah daya pikir dan menyerap pengetahuan semata-mata, itu adalah keliru. Mengacu pada teori perkembangan kognitif, yang terpenting anak menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi bagaimana anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana ia dapat menggunakan kosnep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkup kehidupannya atau belajar. Jadi nilai yang sesungguhnya dari sifat pengembngan kognitif harus mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi proses. Dalam mengarahkan anak untuk mengusai isi pengetahuan, dilakukan melalui proses atau aktivitas yang bermakna. Jika anak diharapkan menguasai konsep-konsep terkait dengan sains baik berapa fakta konsep maupun teori. Fasilitasilah mereka dalam menguasainya melalui kegiatan yang bisa mencakup dimensi isi maupun proses tersebut, misal melalui observasi, membaca, diskusi, eksperimen atau media yang relevan.
2.      Nilai sains bagi pengembangan afektif anak
Setiap anak sejak dini perlu diberikan dan dilibatkan pada suasana atau situasi yang dapat memberikan afeksi yang membekas. Pemain afeksi akan melekat dan menjadi suatu karakter yang mempribadi atau mengindividualisasi pada jati diri anak. Jika pengembangannya disesuaikan dengan tuntutan perilaku yang terjadi secara nyata dalam kehidupan anak. Sehingga nilai afeksi yang dikembangkan merupakan suatu pola perilaku yang benar-benar diwujudkan dalam perbuatan.
Tugas guru dalam pembelajaran sains adalah menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, menyentuh anak sehingga dapat menumbuhkembangkan afeksi anak secara positif.
3.      Nilai sains bagi pengembangan psikomotorik anak
Mengarahkan pada tuntutan anak memiliki kesanggupan untuk menggerakkan anggota tubuh dan bagian-bagiannya. Pengembangan sains dengan sifat-sifat yang melekatnya dapat membantu meningkatkan keterampilan psikomotorik anak. Motorik kasar anak dapat berkembang melalui aktivitas saing. Misal dengan cara membentuk bangunan dari pasir, tanah, bercocok tanam bunga, dan lain-lain. Sedangkan motorik halus dilakukan melalui aktivitas menggaris dengan pensil dan penggaris, mengukur, memilah benda-benda (kasar, halus dan lain-lain) menggunting dan sebagainya. Jadi, pengembangan motorik akan banyak diperoleh mellui kegiatan sains yang bernilai kognitif maupun afektif, artinya aktivitas motorik akan berkontribusi positif terhadap pembentukan kognitif dan afektif anak dalam pengenalan dan penguasaan sains.




4.      Nilai sains bagi perkembangan berfikir kritis dan kreatifitas, aktualisasi diri dan kesiapan kehidupan anak serta pengembangan nilai religius
a.       Nilai sains bagi perkembangan keterampilan berfikir dan kreativitas anak
Melalui pengembangan sains pada anak akan mengundang dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang amat tinggi. Setting dan lingkungan belajar sains yang disediakan akan merangsang anak untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan menakjubkan. Maka itulah wujud dari berpikir dan belajar kreatif yang nyata. Nilai sains bagi perkembangan dan pertumbuhan anak yaitu daya pikir dan imajinasi anak dalam mengajukan suatu pertanyaan atau dengan mengajak anak untuk mengamati suatu pertumbuhan hidup tanaman maka keterampilan berfikir kritis anak akan berkembang.
b.      Nilai sains bagi pengembangan kemampuan aktualisasi dan kesiapan anak dalam mengisi kehidupannya
Jika praktek-praktek pengembangan pembelajaran asins diberikan sedemikian rupa, maka kematangan pada aspek-aspek pengembangan dalam diri anak akan semakin baik artinya jika akumulasi dari dampak pembelajaran sains itu terus berkembang, akan berkontribusi positif terhadap peningkatan kemampuan anak untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan yang luas.
c.       Nilai sains bagi perkembangan religius anak
Sumaji (1980) mengakui semakin luas dan dalam seseorang mempelajari sains, ia akan merasa semakin kecil sebagai makhluk bila dibanding Tuhan. Itulah  nilai lainnya dari sains, ternyata pemahaman akan sains berkorelasi dengan peningkatan kesadaran nilai religius seseorang. Issac Newton misalnya, fisikawan terkemuka mengibaratkan dirinya sebagai anak kecil yang sedang bermain kerang dipantai. Sedangkan lautan yang membentang luas ibarat sains.
Like Wilardja (1997) menyatakan dengan proses pengembangan pembelajaran saiins yang tepat pada anak, maka anak akan dibiasakan menjadi sosok yang jujur dan tidak mudah berprasangka menjadi pribadi yang gigih dan tekun dalam menghadapi kesulitan, bahkan dapat menumbuhkan nilai religius, yaitu rasa bersyukur dan memuliakannya.

Analisis
Dari kegiatan sains banyak yang dikembangkan kepada anak, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berfikir kritis dan kreatifitas, aktualitas serta nilai religius anak. Seorang guru harus bisa memberikan kegiatan sains yang menyenangkan, dari kegiatan tersebut cara anak berfikir dan berimajinasi serta rasa ingin tahu anak akan lebih terangsang. Dan rasa ingin tahu apa, mengapa, akan terjawab dari kegiatan tersebut serta pengembangan afektif dan psikomotorik anak juga berkembang sejalan dengan perkembangan kognitif.
Kognitif itu pengembangan daya pikir anak, afektif itu pengembangan perilaku anak dan psikomotorik itu pengembangan motorik kasar dan  motorik halus. Contohnya membentuk bangun dari pasir (motorik kasar), membentuk dengan playdought/ platisin (motorik halus).
Dengan mengajak anak jalan-jalan ke luar dari lingkungan sekolah atau pergi ke pantai. Jelaskan pada anak-anak bahwa itu ciptaan Tuhan, dan manusia juga ciptaan Tuhan, agar anak mengetahui siapa sang pencipta dan anak juga memiliki rasa sukur dan rendah diri. Begitulah nilai religius yang dikembangkan pada anak dan cara anak berfikir kritis atas penciptaan alam raya ini.






C.     Cara Anak Mempelajari Sains
1.      Siapakah Anak Itu
Pertanyaan tersebut, jika diajukan secara lebih spesifik, maka pandangan orang terutama para ahli tentang anak. Sebagaimana cenderung berubah dari waktu ke waktu serta berbeda satu sama lain.


Tinjauan para ahli dapat digambarkan sebagai berikut:
·        Tinjauan anak berdasarkan dimensi usia kronologis
-         Hurlock (1999) mengkategorikan, bahwa kanak-kanak dini adalah usia prasekolah atau kelompok usia antara 2 hingga 6 tahun.
-         Kihajar Dewantara memandang bahwa masa kanak-kanak pada rentang usia 1 sampai 7 tahun.
-         Solehuddin (2000) early childhood adalah anak berkisar antara usia 0 sampai dengan 8 tahun.
-         Fawzia Aswin Hadis (1994) masa usia prasekolah atau usia taman kanak-kanak dengan rentang usia antara 3 – 6 tahun.
Jadi dari sisi usia kronologis, anak usia dini adalah anak dengan usia di bawah 8 tahun.
·        Tinjauan anak berdasarkan sudut pandang filosofis
-         Menurut Erikson, anak dalam makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya.
-         Jean Piaget, anak adalah seorang pengkonstruksi yaitu seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai dengan interpretasi (penafsirannya) tentang ciri-ciri yang esensial yang ditampilkan oleh lingkungan.
·        Tinjauan anak berdasarkan karakteristik perkembangannya:
-         Hurlock (1999) bahwa karakteristik perkembangan terdiri dari:
v  Perkembangan fisik, dengan lingkupnya meliputi ukuran dan proporsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan tulang, otot, dan lemak, gigi dan perkembangan susunan syaraf.
v  Perkembangan motorik halus dan motorik kasar
v  Perkembangan bicara yaitu bagaimana anak berbicara
v  Perkembangan emosi yaitu emosi yang muncul pada anak yaitu takut, canggung, marah, cemas.
v  Perkembangan sosial yaitu penyesuaian sosial anak
v  Perkembangan bermain yaitu bermain aktif, bebas
v  Perkembangan kreatifitas yaitu ekspresi kreatifitas anak
v  Perkembangan pengertian dan konsep anak
v  Perkembangan moral dan disiplin
v  Perkembangan peran seks mengenai penentuan peran seks pada anak.
v  Perkembangan kepribadian

2.      Hakekat Belajar
a.       Konsep belajar
Secara tradisional belajar diartikan sebagai penambahan dan pengumpulan pengetahuan.
Dimensi perubahan yang terjadi dari belajar.
1)      Kepribadian yaitu dengan memiliki pola respon atau tingkah laku baru.
2)      Perilaku aktual maupun potensial yaitu kemampuan melakukan kegiatan nyata maupun yang bersifat tidak nyata.
3)      Kecakapan atau keterampilan dalam bertindak yaitu kemampuan yang terkait dengan penggunaan motorik (kasar maupun halus)
4)      Sikap dan kebiasaan yaitu penerapan nilai-nilai kehidupan dalam perilaku sehari-hari.
5)      Pengetahuan dan pemahaman yaitu berupa penguasaan konsep prinsip, maupun teori.
b.      Bentuk-bentuk belajar
·        Mendengarkan
Yaitu bentuk belajar atau perubahan tingkah laku yang didasarkan atas tindakan mendengarkan.
·        Memandang
Bentuk belajar memandang memiliki dimensi terbuka pertama arah belajar lebih ditekankan pada fungsi indera sebagai alat memperoleh pengalaman belajar melalui visual.


·        Membau/ mencium
Bentuk belajar melalui membau atau mencium. Bentuk belajar ini juga akan berdampak terlatih indera pembau menjadi sensitif. Terhadap setiap rangsangan yang dihinggap dan menghanpirinya.
·        Meraba/ mencicipi
Dengan meraba anak akan memperoleh pengalaman langsung dan sangat bermakna.
·        Menghapal
Mengingat begitu banyak informasi dengan menghafal
·        Membaca
Menyerap informasi-informasi pengetahuan yang telah dikemas dan disajikan secara teratur dalam bentuk tulisan secara seksama dan rutin.
3.      Anak belajar dan sains
Setiap manusia lahir dengan rasa keingintahuan besar tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya. Rasa ingin tahu tersebut pada benda-benda pada suatu peristiwa atau kejadian tertentu.
1)      Setiap anak memiliki bakat dan potensi yang menakjubkan
2)      Anak adalah makhluk individu, anak memiliki karakateristik dan kesiapan untuk dikembangkan dan menarik baginya.
3)      Anak adalah pelajar dapat membangun belajar yang bermakna
4)      Anak adalah pelaku dan perencanaan
5)      Anak adalah pemikir, anak dilengkapi kemampuan berfikir.
Analisis
Anak usia dini yaitu anak berumur dari 0 – 8 tahun. Anak yang berumur 7 dan 8 tahun  itu berada pada sekolah SD awal. Anak memiliki karakteristik tertentu menurut usia masing-masing yaitu dengan menggunakan alat indera ia bisa melihat dan alat indera lainnya maka anak bisa mengembangkan yang ada pada dirinya masing-masing baik bahasa, kognitif, moral. Kepribadian dan guru merupakan model utama dalam pembentukan perkembangan anak disekolah.
D.    Pengembangan Program Pembelajaran Sains
1.      Ruang Lingkup Program Pengembangan Pembelajaran Sains
Ruang lingkup program pembelajaran sains terdiri dati isi bahan kajian, bidang pengembangan yang menjdi program sains terpadu atau terintegrasi.
Isi bahan kajian terkait dengan jaga raya (ilmu tentang bumi), tumbuh-tumbuhan, binatang dan hubungan antara aspek-aspek kehidupan dengan lingkungannya. Arah pengembangan program sains sebagai suatu proses ditujukan pada perencanaan dan aktivitas sains yang dapat membantu anak dalam menguasai keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan dan perolehan sains yang benar.
2.      Model-model Pengembangan Pembelajaran Sains Untuk AUD
Beberapa model pengembangan program pembelajaran sain yang dijadikan pedoman untuk anak usia dini.
a.       Pendekatan yang bersifat situasional
Maksudnya adalah pembahasan tentang sains yang dielaborasi (diulas) secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul fenomena yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran belajar.
b.      Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri
Maksudnya program pengembangan pembelajaran sains dirancang secara khusus dan tersendiri sesuai dengan karakteristik pembelajaran sain.
c.       Pendekatan yang bersifat merger atau terintegrasi dengan disiplin lain atau bidang pengembangan lain
3.      Pengembangan Unit dan Perencanan Pembelajaran Sains Untuk AUD
a.       Pengembangan unit pembelajaran sains
Unit sains adalah sebagai skema konseptual yang berhubungan dengan ide, keterampilan dan aktivitas yang disatukan melalui topik atau tema sederhana, misalnya bumi dan permukaannya
Dixon (1991) menyarankan cara memilih topik atau tema atau unit yang tepat untuk integratif kurikulum dalam pengembngan pembelajaran sains yaitu:
-         Berdasarkan minat anak
-         Berdasarkan minat guru
-         Berdasarkan kebutuhan anak
-         Sesuai dengan situasi tahun itu, cuaca dan kegiatan-kegiatan khusus
-         Kurikulum sekolah dan harapan masyarakat
-         Ketersediaan sumber (buku, film, tap, dll)
b.      Pengembangan perencanaan pembelajaran sains
Perencanaan adalah aktivitas yang menggambarkan dimuka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Untuk memperoleh suatu eprencanaan pembelajaran sains yang baik harus mengikuti langkah-langkah mengembangkan yang memiliki dua tahapan:
1)      Pra perencanaan
Yaitu tahapan yang ditempuh oleh seseorang perencana sebelum merumuskan perencanaan sesungguhnya
2)      Pengembangan perencanaan yaitu tahap melakukan kegiatan nyata dalam pembuatan perencanaan
Analisis
Ruang lingkup pembelajaran sains terdiri dari isi bahan kajian, dan bidang pengembangan, dimana bahan kajian tidak luput dari tumbuhan, alami dan lingkungan dan pengembangannya yaitu aspek-aspek yang harus dikembangkan kepada anak dengan mengamati, meramal, memprediksi dan lain-lainnya.
Dalam kegiatan sains tidak lepas dari minat anak, kebutuhan anak yang terencana dengan baik agar hasil sesuai dengan harapan dan tujuan yang dicapai.
4.      Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Sains Untuk AUD
Ciri-ciri dasar pendekatan dan strategi adalah mendukung tujuan yang diharapkan, kemampuan menjadi alat elaborasi materi yang tinggi, serta adaptif dengan berbagai karakteristik dan tipe anak sebagai sasaran pengembangan dan pembelajaran.
Pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher centered)I yakni otoritas dan dominasi aktivitas, interaksi dan komunikasi dalam pembelajaran cenderung dikuasai oleh guru, dan berorientasi pada anak (student centered) adalah berdimensi kepada siswa atau anak.
Alasan yang mendasari perlu pengembangan pembelajaran sains pada anak dengan menggunakan keterampilan proses yang dikemukakan oleh Conny Semiawan (1992) diantaranya:
a.       Perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat
b.      Kesulitan anak dalam memahami konsep yang rumit bila tidak diberikan contoh yang konkrit
c.       Sifat penemuan relatif hingga memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir kritis dalam bertindak.
d.      Adanya keterkaitan antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai
Salah satu keterampilan atau kemampuan proses yang telah dimodifikasikan oleh konferensi para ahli sains pada tahun 1971 diantaranya:
a.       Keterampilan mengamati
b.      Keterampilan mengajukan pertanyaan
c.       Keterampilan berkomunikasi
d.      Keterampilan menghitung
e.        
5.      Organisasi Kelas Untuk Pembelajaran Sains
Menurut Holton (1992) dalam pengembangan pembelajaran Sains khususnya yang menggunakan strategi berbasis discovery inquiry adalah:

a.       Distribusi material pembelajaran
Guru harus memahami karakteristik dari setiap material pembelajaran yang digunakan, baik dari sisi kualitas, kunatitas maupun daya jangkauannya terhadap sasara belajar.
Dengan memperhatikan distribusi material, hal yang dapat dihindari diantaranya:
1)      Kebiasaan anak bergerombolan pada obyek sains tertentu saja sehingga meninggalkan obyek sains lainnya yang seharusnya mereka observasi dan pelajari dapat ditekan seminimal mungkin.
2)      Kebiasaan berebut material pembelajaran yang sering dilakukan anak-anak.
b.      Penyediaan area atau arena bekerja anak
Guru harus memadai, ketidaksediaan arena kerja sains akan mengganggu dan menghalangi dinamika anak dalam perolehan pengalaman belajar sains yang diikutinya
6.      Penilaian dalam Pembelajaran Sains AUD
Pengembangan penilaian pembelajaran sains dan penentuan tingkat keberhasilan pembelajaran sains. Sehingga diketahui upaya-upaya selanjut. Baik tindakan perbaikan, pengayaan maupun pengemabngan lainnya.
Kegiatan evaluasi merupakan suatu kesempatan untuk merefleksikan pengalaman anak serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan hasil belajar anak yang dicapai oleh anak.
Terdapat beberapa jenis dan cara evaluasi pembelajaran sains pada anak usia dini, diantaranya melalui:
a.       Observasi adalah pengumpulan data penilaian yang berdasarkan pengamatan terhadap sikap dan perilaku anak
b.      Catatan anekdot adalah catatan tentang sikap dan perilaku anaka secara khusus (peristiwa terjadi secara isi dental atau tiba-tiba)
c.       Penugasan merupakan cara penilaian berupa pemberian tugas yang harus dikerjakan anak didik dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok.
7.      Kriteria Kualitas Guru Untuk Pembelajaran Sains AUD
a.       Guru sebagai perencana
Perencana artinya menentukan alternatif-alternatif yang terkait dengan kebutuhan program sains.
b.      Guru sebagai inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
c.       Guru sebagai fasilitator
Guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
d.      Guru sebagai elaborator
Guru sebagai perangsang agar anak mengajukan pertanyaan.
e.       Guru sebagai motivator
Mendukung, mendorong dan memberi penguatan terhadap kegiatan anak.
f.        Guru sebagai antisipator
Ketanggapan guru dalam mengamati anak jika dalam kegiatan menggunakan bahan yang mudah melukai anak, maka guru harus menyampaikan tata tertib penggunaan yang benar.
g.       Guru sebagai model
Contoh bagi anak dalam cara bersikap guru.
h.       Guru sebagai teman bereksplorasi bersama anak
Anak akan senang bila gurunya juga aktif dalam kegiatan bahkan akan jauh menerima kehadiran guru
i.         Promotor agar anak menjadi pembelajar sejati
Guru harus selalu mendorong dan memberikan kesempatan untuk anak agar rajin dan giat membaca.
Analisis
Banyak strategi yang dilakuakn guru dalam kegiatan sains anak, yaitu kegiatan yang tidak membosankan anak. Jadikan pembelajaran sains itu pelajaran yang digemari anak melalui strategi guru dalam menyediakan alat dan pengolahan kegiatan sehingga anak tertarik dengan kegiatan tersebut.





DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Tim Docto Rabbit. 2005. Mengenal Sains. Jakarta: Erlangga For Kids
Tim Penyusun Fakultas Negeri Padang. 2008. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. UNP
Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group






4 komentar: