Sabtu, 15 Desember 2012

PENYESUAIAN DIRI PADA ANAK USIA DINI





A.     Hakikat Penyesuaian Diri

            Manusia tidak hidup sendiri namun hidup di tengah masyarakat atau individu-individu lain, sehingga di dalam kehidupan ini manusia memerlukan bantuan orang lain. Sejak lahir manusia telah diajarkan tentang bagaimana dapat hidup bersama orang lain, dengan kata lain didalam diri manusia telah ditanamkan sejak kecil bagaimana cara bersosialisasi dengan baik. Hubungan yang terjadi pada umumnya dimulai dengan adanya saling menyadari keberadaan satu dengan -yang lainnya dan dilanjutkan dengan adanya kontak antar pribadi. Didalam membangun dan memelihara suatu hubungan, terjadi suatu proses interaksi sosial, dalam proses tersebut individu menginginkan suasana yang dapat menciptakan suatu keharmonisan sehingga secara psikologis kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin dapat tercapai.
            Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penyesuaian sosial, yaitu kesanggupan anak untuk dapat bereaksi secara efektif dan harmonis terhadap realitas sosial dan situasi sosialnya, serta bisa menjalin hubungan sosial yang sehat. Dalam melakukan proses penyesuaian diri, anak mengalami proses belajar yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya maupun lingkungannya karena manusia selalu mendambakan kondisi yang seimbang didalam memenuhi kebutuhan, dorongan, dan keinginan yang ada pada dirinya sesuai dengan norma-norma atau aturan yang berlaku di dalam masyarakat.
            Menurut Hurlock (1997) penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang dapat menyesuaikan diri secara baik dengan mempelajari berbagai ketrampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman, anggota
keluarga, maupun orang yang tidak dikenal. Menurut Davidoff (1991) penyesuaian diri atau adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu kondisi diri dan tuntutan
lingkungan. Manusia dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam. Sama hal nya untuk AUD, anak juga di ajarkan bagaimana ia bisa menyesuaikan diri dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah seperti teman sebayanya.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri AUD
Kemampuan anak mengelola masalah atau konflik yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya, dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Hurlock (1997) mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri, yaitu :
  a. Tergantung dimana anak itu dibesarkan, yaitu kehidupan dalam keluarga dimana anak  tersebut dibesarkan. Bila dalam keluarga dikembangkan perilaku sosial yang baik maka ana akan mendapatkan pengalaman perilaku sosial yang baik pula. Hal ini akan menjadi pedoman untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial yang baik di luar rumah.
b. Model yang diperoleh anak di rumah, terutama dari orangtuanya. Bila anak merasa ditolak oleh orangtuanya atau meniru perilaku orangtua yang menyimpang, maka anak akan cenderung mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif yang mendorong untuk melakukan perbuatan menyimpang ketika dewasa.
c. Motivasi untuk belajar dilakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini ditimbulkan dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan, baik di rumah atau di luar rumah.
      d. Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian diri.

Schneiders (1964) menyatakan bahwa faktor-aktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
a.   Kondisi jasmani, meliputi pembawaan jasmaniah sejak lahir dan kondisi tubuh.
b. Perkembangan dan kematangan, meliputi kematangan intelektual, sosial, moral dan  emosi.
c. Determinan psikologis yang meliputi pengalaman-pengalaman, hasil belajar,  kondisioning,     determinan dini, frustasi dan konflik.
d. Kondisi lingkungan, yaitu rumah, keluarga dan sekolah.
e. Determinan kultur termasuk religi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri anak usia dini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu  
  1.  Faktor Internal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak, meliputi : kondisi jasmani atau   fisik, emosi, kematangan intelektual, moral dan religius, sosial, serta motivasi untuk belajar.
  2.  Faktor Eksternal. Yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan atau dari luar diri anak, meliputi kondisi lingkungan yaitu lingkungan rumah, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah, modelling dari orang tua.

C.     Kesulitan-Kesulitan AUD Dalam Menyesuaikan Diri

Dalam beradaptasi dengan lingkungannya, tidak selalu dapat beradaptasi dengan baik, adakalanya anak mengalami hambatan di dalam proses penyesuian diri. Kegagalan di dalam beradaptasi ini biasa disebut dengan istilah mal-adjusted, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak dalam berdaptasi tersebut. Penyesuaian diri yang gagal yang disebabkan karena ketidakmampuan anak dalam menghadapi hambatan-hambatan dan mengatasi kegagalan-kegagalan yang terjadi akan mengakibatkan ketegangan, rasa frustasi, perasaan bersalah serta rendah diri yang akan membuat individu merasa tidak nyaman bila berada pada suatu Iingkungan atau kelompok baru, hal ini dapat menjadikan anak tersebut 'terasing' {isolation).   Pernyataan di atas didukung dengan apa yang diungkapkan oleh Hurlock (1997) bahwa melakukan penyesuaian yang baik bukanlah hal yang mudah. Sebagian besar orangtua menyadari adanya hubungan yang erat antara penyesuaian sosial seorang anak dengan keberhasilan dan kebahagiaan pada masa kanak-kanak dan pada masa kehidupan selanjutnya.

Ada empat kondisi yang dapat menimbulkan kesulitan bagi anak untuk melakukan penyesuaian dengan baik yaitu :
1.      Bila pola perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, maka anak akan menemukan kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosal diluar rumah.
2.       Bila di rumah atau lingkungan keluarga anak kurang memberikan modeling perilaku yang baik, anak akan mengalami hambatan yang serius dalam penyesuaian di luar rumah. Anak yang ditolak oleh orangtuanya atau meniru perilaku menyimpang dari orang tuanya akan mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif serta dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan kriminalitas bila ia dewasa.
3.      Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan, sehingga anak tidak memiliki motivasi kuat untuk berusaha melakukan penyesuaian sosial yang baik diluar rumah.
4.       Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian social yang baik, namun bila anak tidak mendapat bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses ini maka anak tidak akan tahu bila perilaku atau tindakan yang di lakukannya benar atau salah.

Menurut Schneiders (1964) ciri-ciri individu yang penyesuaian dirinya terhambat yaitu :
·         Tidak dapat menahan diri dari emosi yang berlebihan, cenderung kaku dan tidak fleksibel dalam berhubungan dengan orang lain.
·        Mengalami kesulitan untuk bangkit kembali setelah mengalami masalah yang berat.
·         Tidak mampu mengatur dan menentukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya dan yang sesuai dengan lingkungan, baik di dalam pikiran maupun sikapnya.
·         Individu lebih terpaku pada aturan yang diterapkan oleh orang lain yang belum tentu cocok dengan dirinya.
·         Kurang realitas dalam memandang dan menerima dirinya, serta memiliki tuntutan yang melebihi kemampuan dirinya.
Partosuwido (dalam Jufri,1999) menyatakan bahwa orang yang mampu menyesuaikan diri dalam segala kemungkinan dan mampu mengatasi persoalan adalah merupakan ciri orang bermental sehat. Hal ini berarti bahwa ketika individu tidak memiliki mental yang sehat maka akan mengalami gangguan dan hambatan didalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Daradjat (1969) mengemukakan bahwa ada tiga faktor manifestasi dari emosi yang terhambat, mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :
-         Frustasi adalah suatu proses dimana anak merasa ada hambatan terhadap pemenuhan kebutuhan.
-         Konflik adalah dua macam atau lebih dorongan yang bertentangan satu sama lainnya dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.
-         Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur-baur, terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan bathin (konflik).
       Ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri dapat juga disebabkan
       karena ketidakseimbangan antara tuntutan (task) dan kemampuan (skill), sehingga sehingga
       menimbulkan penyesuaian sosial yang salah.

D.     Peranan keluarga atau sekolah dalam mengembangkan penyesuaian diri AUD
Keluarga memiliki peran penting dalam mengembangkan penyesuaian diri anak. Jadilah model yang baik bagi anak sehingga bisa ditiru oleh anak. Dan berikan contoh-contoh yang baik dalam interaksi sosial dalam keluarga.

Ketika anak berada di sekolah atau di Taman Kanak-kanak, anak juga berinteraksi dengan gurunya. Hurlock (1978 : 336) mengemukakan bahwa hubungan antara anak (siswa) dengan guru ditentukan oleh sikap guru terhadap anak dan sikap anak terhadap gurunya. Sikap ini bergantung pada bagaimana guru dan anak mempersepsi satu sama lain. Hurlock selanjutnya menjelaskan bahwa :
When the teacher perceives the young person as a trouble maker or as a
disinterested, lackadaisical student, her attitude toward him will, understandably,
be far less positive than if she perceived him as a cooperative, interested learner.
If the student ha a hostile atitude toward the teacher, it will be reflected in the
interactions with the teacher and will influence her attitudes toward him and all
treatment of him.
Agar anak mempunyai persepsi yang positif, guru harus bersikap terbuka, jujur, dan menghargai anak. Sikap guru seperti ini akan menumbuhkan rasa aman dan percaya diri pada anak. Oleh karena itu, menurut Sunaryo Kartadinata (1983 : 76), situasi belajar harus merupakan situasi yang demokratis, dimana gagasan anak dihargai, dan timbulnya keragaman pendapat adalah sesuatu yang dapat diterima dalam mengembangkan dinamika pembelajaran. Guru harus sadar bahwa setiap anak itu berbeda kebutuhan, kemampuan dan kepribadiannya.



E.     Konsep diri dan penyesuaian diri AUD
Konsep diri diidefinisikan sebagai perilaku dimana seseorang secara individual memunculkan dirinya(William Blake). Konsep diri ialah konsep seseorang tentang apa dan siapa dirinya itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin yang sebagian besar ditentukan oleh peran dari hubungan dengan orang lain bagaimana reaksi orang. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri itu merupakan gambaran yang memiliki seseorang menyangkut berbagai hal tentang dirinya. Gambaran tentang dirinya tersebut menjadi aspek fisik dan psikologis yang menyangkut aspek social, emosi, aspirassi dan prestasinya.
Menurut Hurlock (1997) penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang dapat menyesuaikan diri secara baik dengan mempelajari berbagai ketrampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman, anggota keluarga, maupun orang yang tidak dikenal.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa konsep diri dengan penyesuaian diri saling berkaitan erat, sebelum anak mengembangkan penyesuaian diri maka terlebih dahulu kita kembangkan atau kita kenalkan pada anak tentang siapa dirinya. Atau gambaran tentang dirinya, sehingga memudahkan anak dalam penyesuaian diri baik dilingkungan masyarakat atau di lingkungan sekolahnya.
                                                                                           







DAFTAR PUSTAKA

Hurlock(1991).perkembangan anak.jilid 1.Edisi ke-6.Jakarta:Erlangga
Nugraha,ali.2005.metode pengembangan social emosional.Jakarta:Universitas Terbuka






























1 komentar: